KATALOG PERPUSTAKAAN DARI MASA KE MASA

Berikut kami bagikan makalah berjudul katalog perpustakaan dari masa ke masa:

BAB I PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan teknologi informasi, perpustakaan dituntut untuk memberikan informasi yang lebih dinamis, cepat, dan akurat. Hal ini dilakukan agar keeksistensian perpustakaan di era teknologi informasi ini dapat dipertahankan di tengah maraknya penyedia informasi lain yang lebih canggih sebagai kompetitor perpustakaan. Dalam hal ini perpustakaan tidak hanya berfokus pada segi pengembangan koleksi dari berbagai ilmu, akan tetapi juga memperhatikan kemudahan akses bagi pemustaka. Salah satu alat yang dapat memudahkan pemustaka pada perpustakaan adalah katalog.

Melalui katalog perpustakaan, pengguna dapat melakukan akses ke koleksi suatu perpustakaan. Perpustakaan menginformasikan keadaan sumber daya koleksi yang dimilikinya kepada pengguna, melalui katalognya. Katalog perpustakan juga tidak luput dari objek revolusi, hal ini dibuktikan dengan munculnya inovasi pada media katalog dari masa ke masa. Inovasi terhadap katalog perpustakaan ditujukan untuk memberi kemudahan kepada pengguna perpustakaan dalam menemu-balikkan bahan pustaka yang diinginkannya dari perpustakaan. Makalah ini mencoba akan menguraikan pengertian, tujuan dan historis singkat dari katalog perpustakaan. Diuraikan juga perbandingan keunggulan dan kelemahan diantara katalog perpustakaan yang masih bersifat manual hingga katalog online berbasis web.

1.2 Rumusan Masalah

  • Apa pengertian dan tujuan katalog perpustakaan?
  • Bagaimana perkembangan katalog?
  • Apa saja jenis-jenis katalog perpustakaan berdasarkan bentuknya?

1.3 Tujuan

  • Mengetahui pengertian dan tujuan katalog perpustakaan.
  • Mengetahui perkembangan katalog perpustakaan.
  • Mengetahui jenis-jenis katalog perpustakaan berdasarkan bentuknya.
KATALOG PERPUSTAKAAN DARI MASA KE MASA

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Katalog Perpustakaan

A. Pengertian Katalog Perpustakaan

Secara etimologis, katalog berasal dari bahasa latin “catalogus” yang berarti daftar barang atau benda yang disusun untuk tujuan tertentu. Sedangkan menurut KBBI Offline, katalog adalah carik kartu, daftar, atau buku yang memuat nama benda atau informasi tertentu yang ingin disampaikan, disusun secara berurutan, teratur, dan alfabetis.

Menurut Sulistyo-Basuki (1993: 315), “katalog perpustakaan adalah daftar buku dalam sebuah perpustakaan atau dalam sebuah koleksi. Daftar menunjukkan susunan menurut prinsip tertentu dan sedangkan buku mencakup arti buku dalam arti luas”. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Listariono (2011) katalog perpustakaan merupakan daftar buku atau bahan pustaka bentuk yang lain. Dalam katalog ini dimuat tentang nama pengarang, judul buku,edisi, cetakan, kota terbit, penerbit dan tahun terbit. Dengan katalog perpustakaan ini pengguna perpustakaan dapat memperoleh sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan.

Dari beberapa perngertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa katalog perpustakaan adalah daftar yang berisi seluruh berbagai koleksi di perpustakaan yang disusun menurut sistem tertentu melalui cantuman bibliografis sehingga diharapkan para pemustaka dan pustakawan dapat menemukan bahan perpustakaan yang dibutuhkan dengan cepat dan tepat.

B. Tujuan Katalog Perpustakaan

Menurut seorang pakar perpustakaan dari Amerika Serikat yang bernama Charles Ammi Cutter dalam Sulistyo-Basuki (1993: 316), pada dasarnya tujuan katalog adalah sebagai berikut:

1. Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan :

a) Pengarangnya;

b) Judulnya;

c) Subjeknya.

2. Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan:

a) Oleh pengarang tertentu;

b) Berdasarkan subjek tertentu;

c) Dalam jenis literatur tertentu.

3. Membantu dalam pemilihan buku:

a) Berdasarkan edisinya; atau

b) Berdasarkan karakternya (bentuk sastra atau berdasarkan topik)

Tujuan pertama menekankan bahwa katalog perpustakaan bertindak selaku daftar temuan bagi dokumen tertentu. Untuk menyusun daftar tersebut, tentunya diperlukan penyediaan data bagi masing-masing koleksi perpustakaan dan memungkinkan suatu pendekatan berdasarkan pengarang, judul dan subjek.

Tujuan kedua menekankan bahwa katalog perpustakaan harus bertindak sebagai daftar temuan bagi sekelompok dokumen. Hal ini memerlukan penyediaan entri seragam bagi setiap kelompok. Dalam penggunaan sehari-hari, biasanya dimaksudkan untuk :

a. Karya perseorangan

b. Judul diperlakukan sebagai kata benda

c. Judul mengandung kata benda

d. Untuk terbitan berseri serta karya anonim.

Tujuan ketiga berkaitan dengan deskripsi buku dalam katalog, sehingga pemakai dapat membedakan berbagai edisi dari buku tertentu dan memungkinkan pemilihan buku dengan menyediakan ciri khusus.

2.2 Perkembangan Katalog Perpustakaan

A. Sejarah Perkembangan Katalog Peprustakaan

Perpustakaan perlu mengelola kumpulan pengetahuan di perpustakaan yang merupakan tempat penyimpanan buku yang berharga, berseri, koran, dokumen pemeritah, manuskrip, peta dan mikrofilm dan lain sebagainya. Untuk menyediakan kecepatan dan kemudahan akses ke bahan yang sangat luas, perpustakaan menawarkan alat dan teknik untuk menyeleksi, menempatkan dan menemukan kebutuhan koleksi yang berupa katalog dan klasifikasi. Klasifikasi membantu menata dokumen pada urutan rak yang sistematis, sedangkan katalog membantu pada saat mengatur, mengidentifikasi, dan menempatkan dokumen yang diperlukan.

Perkembangan katalog dimulai pada zaman purbakala, dimana perpustakaan mengabadikan pengadaan dan pemeliharaan bahan bacaan dan menggunakan aturan sistem bibliografi yang primitif atau mengawasi untuk menempatkan materi yang disediakan berdasarkan kebutuhan. Hal ini masih berbentuk sebuah daftar penyimpanan kasar yang hanya menyediakan sebuah indeks untuk perpustakaan dan tidak ada aturan yang universal. Penggalian purbakala Assurbanipal (1668-626 SM) mengungkapkan bahwa informasi bibliografi tercatat dalam lembaran tanah liat yang disajikan secara sederhana meliputi (judul, jumlah eksemplar, subdivisi, dan lokasi).

Kemudian pada tahun 250 SM, Pinakes ditemukan oleh Callimachus di Perpustakaan Alexandria yang memiliki susunan alfabetik menurut nama pengarang dan disertai biografi setiap pengarang. Selanjutnya pada tahun 1605 Thomas James pertama kali menemukan katalog buku/tercetak dengan susunan klasifikasi. Pada akhir abad 19, berbagai macam kode katalog telah dirancang, kemudian pola susunan katalog tersebut disempurnakan dengan penambahan tajuk subjek, entri utama, klasifikasi, entri utama, entri tambahan dan bibliografi yang cukup lengkap. Setelah itu muncul katalog kartu yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1743 oleh Abbi Rosier di Prancis.

Perkembangan selanjutnya pada katalog datang dengan memuat rekod katalog pada bentuk mikro dan membutuhkan sebuah pembaca mikroform untuk dilihat. Berbagai media ada dalam katalog mikroform seperti mikrofillm dan mikrofis. Bentuk mikro katalog diproduksi dalam database komputer melalui metode COM (Computer Output Microform). COM mengonvert informasi digital menjadi bentuk mikro. Katalog mikrofis mulai digunakan sejak tahun 1960-an. Mikrofis adalah lembaran film berisi citra miniatur.

Selanjutnya pada tahun 1975, katalog online publik dalam skala luas pertama kali dikembangkan di Universitas Ohio, yang kemudian dinamakan OPAC (Online Public Access Catalog). OPAC adalah komputerisasi katalog yang berisi dokumen dan semua bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan (Kumar: 2013). Keberadaan OPAC terus berkembang seiring majunya teknologi sehingga muncullah katalog berbasis web yang kemudian dikenal dengan nama Web-PAC . Menurut Harmsen dalam Kumar (2013: 52), Web-PAC adalah generasi lanjutan dari pelayanan OPAC yang tradisional sebagai pintu gerbang menuju sumber yang tidak hanya disediakan di perpustakaan tertentu, tapi juga yang disediakan di tautan-tautan lain yang menyajikan full-teks. Secara umum, Web-PAC dapat dikatakan sebagai katalog perpustakaan yang ada di web atau internet menggunakan protokol world wide web untuk menyajikan katalog perpustakaan. Pendapat lain juga disampaikan oleh ODLIS (2009) bahwa Web-PAC menggunakan jangkauan grafis antarmuka pengguna via www, yang berlainan dengan jangkauan berbasis teks antarmuka via telnet.

Pada perpustakaan purba, peraturan pengatalogan tergantung pada praktik dan kebiasaan perpustakaan masing-masing. Sehingga tidak ada keseragaman antara berbagai katalog. Peraturan pengatalogan mula-mula disusun oleh pustakawan perorangan, tercatat sebagai berikut ini:

  • (1797-1879) : Antonio Panizzi dari British Museum yang menyusun Rules for Compiling of the Catalogue, populer dengan istilah 91 Rules.
  • (1837-1903) : Charles Ammi Cutter yang menyusun Rules for a Dictionary Catalogue (1903), katalog sistem leksikal yaitu katalog 3 matra yaitu katalog pengarang, judul, dan subjek buku dijadikan dalam 1 jajaran.
  • (1903) : Library of Congress: Rules of Printed Cards
  • (1949) : Library of Congress: Rules for Descriptive Cataloguing
  • (1908, 1941, 1949) : American Lib Association Rules
  • (1967) : ALA dan Library Association (Inggris): Anglo American Cataloguing Rules/AACR 1 yang disetujui 53 negara dan kemudian menjadi standardisasi data bibliografis internasional
  • (1978) : ALA, LA, LC, dan Canadian LA: AACR 2 sebagai tindak lanjut ke arah penyeragaman peraturan pengkatalogan
  • Pada akhir 1960-an: The Library of Congress menciptakan format MARC yang menyediakan mesin pembaca cantuman bibliografi. OCLC dikembangkan di Dubin, Ohio, dan mulai menyajikan informasi katalog via kabel dan terminal kepada semua perpustakaan member. Machine-Readable merupakan sebuah jenis mesin tertentu, sebuah komputer, yang mampu membaca dan menginterpretasi data pada Cataloging-Record.(cantuman bibliografi atau informasi yang ditunjukkan di kartu katalog, mencakup deskripsi item, tajuk utama dan tajuk tambahan, tajuk subjek, nomor panggil). (Taylor: 2004). Indonesia (Perpustakaan Nasional Indonesia) juga turut mengembangkan INDOMARC untuk kepentingan automasi pengatalogan bahan pustaka di Indonesia. Adapun untuk menyeragamkan pertukaran satu negara dengan negara yang lain digunakanlah UNIMARC yang berlaku secara universal.

B. Alasan Perkembangan Katalog Perpustakaan

Pada era abad ke-21 terdapat suatu era baru yang ditandai dengan derasnya arus perubahan baik dalam hal teknologi serta perilaku masyarakat, pustakawan dihadapkan pada paradigma baru yang berimbas pada perubahan atmosfir dan lingkungan kerja yang cukup menantang. Paradigma tersebut secara lebih khusus meliputi perubahan antara lain: perkembangan teknologi yang memberi peluang bagi penciptaan layanan-layanan baru, tuntutan peningkatan layanaan yang diharapkan oleh pengguna demi kepuasan mereka, serta harapan para pustakawan sendiri dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka melalui peningkatan kinerja. Apalagi saat ini jabatan fungsional ditentukan berdasarkan tingkat kompetensi yang dimiliki, yang dinilai berdasarkan prestasi kerja yang dicapainya, dan diukur dengan sistem angka kredit kumulatif dari seluruh pekerjaan yang dilaksanakannya.

Perubahan yang terjadi dalam ruang lingkup perpustakaan, salah satunya yaitu mengenai cara pandang masyarakat akan kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi masyarakat menjadi beragam dan mutakhir yang dapat diakses secara tepat dan akurat. Hal ini merupakan suatu tuntutan dari masyarakat yang harus dipenuhi perpustakaan yang kemudian mendorong adanya paradigma baru yang mengubah pola kegiatan perpustakaan.

Jika dilihat dari bentuk koleksi yang dicatat yaitu koleksi digital dan koleksi fisik tentunya memiliki karakteristik yang berbeda, untuk itu diperlukan pengganti katalog tradisional (kertas) yang diantaranya terdapat alasan, yaitu:

  • Pengatalogan tradisional menghasilkan data deskriptif yang masih diperlukan, namun tidak dapat menampung berbagai data lain.
  • Koleksi digital merupakan sumber yang intangible (tidak dapat disentuh) seperti koleksi fisik yang tangible sehingga secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi metode pengumpulan data, pengelolaan serta temu kembali, misalnya born digital (dokumen yang lahir dari teknologi dalam bentuk digital).
  • Koleksi digital merupakan sumber informasi dinamis yang berbeda dengan koleksi fisik yang statis, misalnya dalam kolom ISBN.
  • Koleksi digital berbeda dalam hal kepemilikan, bila koleksi fisik kepemilikannya adalah perpustakaan sedangkan koleksi digital bisa saja yang memiliki adalah penyedia sumber informasi dari tempat lain.
  • Dari aspek teknologi, juga terdapat aspek yang mendorong beralihnya format katalog menjadi metadata, diantaranya yaitu:
  • Penemuan dunia internet menambah kekayaan media informasi dan komunikasi sehingga dapat mempercepat ketersediaan dan pertukaran informasi di seluruh dunia.
  • Adanya paradigma lama tentang perpustakaan dengan berbagai kerumitannya, baik mengenai pengelolaan koleksi, keanggotaan serta sirkulasi. Hal ini dapat diminimalkan bahkan dihapuskan dengan pemanfaatan teknologi informasi di lingkungan perpustakaan, misalnya berupa penerapan konsep katalog online.
  • Adanya parameter tingkat kemajuan perpustakaan dengan penerapan teknologi informasi yang dimiliki.
  • Adanya jaringan kerjasama berbentuk Bibliographic Library Systems (Online Computer Library Center) mengubah proses pengatalogan memasuki era komputerisasi.
  • Untuk mendukung terjadinya pertukaran data bibliografis antar perpustakaan.

2.3 Jenis-Jenis Katalog Perpustakaan

2.3.1 Katalog Kartu

1. Pengertian

Card Catalogue (katalog kartu) merupakan jenis katalog yang paling umum di perpustakaan  seluruh dunia, sebelum peran komputer menggantikannya. Setiap entri dituangkan dalam kartu standar berukuran 7.5 X 12,5 cm. Kumpulan entri ini kemudian disusun secara sistematis berdasarkan pengarang, subyek, judul dan call number ke dalam almari katalog. Katalog kartu sangat fleksibel terhadap perubahan koleksi perpustakaan, karena jenis katalog ini akan dengan mudah diadakan penambahan dan pengurangan/ penyusutan maupun perubahan terhadap entrinya bisa dilakukan pada kartu itu sendiri, dan kemudian di-file kembali.

2. Sejarah (latar belakang)

Katalog Perpustakaan berasal sebagai daftar naskah, disusun menurut format (folio, kuarto, dll) atau dalam susunan abjad kasar oleh penulis. Katalog cetak, terkadang disebut katalog kamus diaktifkan sarjana di luar perpustakaan untuk mendapatkan gambaran tentang isinya. Ini kadang-kadang akan disisipkan dengan daun kosong yang terbaru bisa dicatat, atau terikat sebagai guardbooks di mana secarik kertas yang terikat di untuk entri baru. Tergelincir juga dapat disimpan longgar dalam kardus atau kotak timah, disimpan di rak-rak. Katalog kartu pertama muncul pada abad kesembilan belas, memungkinkan fleksibilitas yang lebih, dan menjelang akhir abad kedua puluh OPAC yang dikembangkan (lihat di bawah).

* C. 800 : katalog Perpustakaan diperkenalkan di Rumah Kebijaksanaan dan lain perpustakaan Islam Abad Pertengahan di mana buku tersebut akan disusun dalam genre dan kategori khusus. 

* 1595: nomenklatur dari Universitas Leiden Perpustakaan muncul, katalog cetak pertama dari sebuah perpustakaan kelembagaan. 

* 1674: katalog Thomas Hyde untuk Perpustakaan Bodleian.

Lebih lanjut tentang sejarah awal katalog perpustakaan telah dikumpulkan pada tahun 1956 oleh Strout yaitu seorang penulis catalog formal, disini katalog diurutkan sesuai abjad menurut penulis ‘atau nama penyunting dari entri. Katalog Judul: katalog formal, diurutkan menurut abjad judul entri. Kamus katalog: katalog di mana semua entri (penulis, judul, subjek, seri) adalah interfiled dalam urutan abjad tunggal. Ini adalah bentuk katalog kartu utama di dunia Anglo-Amerika hanya sebelum pengenalan katalog berbasis komputer. Katalog Kata Kunci: katalog subjek, diurutkan sesuai abjad menurut beberapa sistem kata kunci. Bentuk katalog Campuran abjad: kadang-kadang, orang menemukan penulis campuran/ judul, atau penulis/ judul/ katalog kata kunci. Sistematis katalog: katalog subjek, diurutkan menurut beberapa subdivisi sistematis mata pelajaran. Juga disebut katalog baris. Shelf daftar katalog: katalog formal dengan entri diurutkan dalam urutan yang sama seperti item bibliografis yang disimpan. Katalog ini juga dapat berfungsi sebagai persediaan utama untuk perpustakaan.

3. Kelebihan

1) Fleksibilitas :

a. Kartu katalog dapat disusun sesuai kebutuhan perpustakaan secara alfabetis atau call number.

b. Mudah ditambah dan dikurangi.

2) Mudah digunakan :

a. Relatif mudah digunakan bagi mereka yang sudah mengenal aturan file.

b. Disediakannya guide cross references dan konsisten dalam pembuatannya, hal ini akan memudahkan bagi pengguna perpustakaan.

c. Mudah dibaca.

3) Mudah dalam pembuatan dan perawatan :

a. Tak ada pembuatan katalog yang tak memerlukan biaya tetapi perpustakaan tetap memerlukan katalog yang uptodate. Pembuatan katalog kartu lebih sederhana jika dibandingkan dengan bentuk katalog yang lain, dan katalog kartu tetap masih relevan dengan perkembangan komputer.

b. Banyak software yang mampu memproduksi kartu katalog, misalnya CDS ISIS dan Bibliofile.

c. Reproduksi katalog lebih mudah.

d. Dapat dengan mudah ditambah dan dikurangi.

e. Dapat dilakukan koreksi pada kartu katalog.

4. Kekurangan

a. Perolehan informasi terbatas dan lebih lama

b. Katalog mudah rusak karena vandalism

c. Harus selalu mengupdate

d. Biaya pengadaan kartu katalog tinggi

e. Pengguna harus antri, karena tidak mungkin menyediakan lebih banyak almari katalog

5. Sistem pengatalogan yang digunakan,

Sistem pengatalogan yang digunakan, dalam catalog kartu masih menggunakan system manual atau kertas (kartu) sebagai hasil atau wakil bahan pustaka.

6. Aplikasi

CDS/ISIS (Computerized Documentation Services / Integrated Set of Information System) merupakan perangkat lunak sistem penyimpanan dan temu kembali informasi (Information Storage and Retrieval System) yang dirancang untuk komputerisasi pengelolaan database non numerik yang terstruktur terutama yang berupa teks. yang dibangun, dikelola, dan disebarkan oleh UNESCO. Program aplikasi ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1985 dan sejak saat itu juga sudah lebih dari 20.000 lisensi atas CDS/ISIS ini dikeluarkan oleh UNESCO dan oleh sebuah jaringan distributor CDS/ISIS dunia.

Secara khusus, CDS/ISIS sangat cocok untuk aplikasi bibliografis atau digunakan sebagai basis data katalog perpustakaan berukuran kecil maupun sedang. Beberapa versi program ini telah dibuat dalam bahasa Arab, Tionghoa, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, dan Spanyol. UNESCO menyatakan program ini gratis untuk tujuan non-komersial, kendati pun demikian penyalur/distributor diperbolehkan memungut biaya sabagai ganti biaya pengiriman.

7. Gambar Katalog kartu

2.3.2 Katalog Lembaran / berkas (Sheaf)

1. Pengertian Katalog Lembaran

Merupakan kumpulan kertas/ kartu berupa lembaran berukuran 7,5 x 12,5 cm atau 10 x 15 cm ada juga yang 10 x 20cm. Masing-masing lembar berisi data katalog. Pada bagian kiri diberi lubang. Kemudian diikat atau dijilid. Pada bagian depan dan belakang diberi karton tebal berfungsi sebagai pelindung. Setiap berkas dapat memuat antara 500 hingga 600 lembar. Berkas yang sudah terjilid kemudian disusun menurut nomor berkas. Contoh: katalog perpustakaan museum nasional.

Katalog Berkas

2. Kelebihan

a) Mudah dibuat

b) Dapat diperbanyak dengan mudah, murah, dan cepat

c) Ekonomis, yaitu tidak memerlukan biaya tinggi dalam pembuatannya.

d) Ringkas, yaitu hemat tempat.

3. Kelemahan:

Katalog lembaran saat ini dinilai kurang praktis

2.3.3 Katalog Buku

1. Pengertian Katalog Buku

Katalog Buku adalah katalog tercetak dalam bentuk buku, yang masing-masing halamannya memuat sejumlah entri. Contohnya adalah katalog penerbit yang biasanya dibuat oleh sebuah perusahaan penerbitan, katalog ini biasa digunakan untuk membantu seleksi bahan pustaka bagi petugas perpustakaan. Qalyubi (2007) menyebutkan bahwa katalog buku berupa daftar judul-judul bahan pustakan yang ditulis atau dicetak pada lembaran-lembaran yang berbentuk buku. Pada perkembangannya, katalog buku ditujukan agar katalog tidak berceceran, sehingga katalog tersebut dijilid menjadi satu dan muncul yang namanya katalog buku atau katalog tercetak.

Katalog Buku

2. Kelebihan katalog buku:

a) Biaya pembuatannya murah

b) Mudah dicetak

c) Mudah dikirim ke berbagai perpustakaan atau instansi lain

d) Mudah dibawa kemana-mana

e) Tidak memerlukan filling seperti kartu katalog

3. Kelemahan katalog buku:

a. Tidak fleksibel karena penyisipan dan pengeluaran entri katalog tidak mudah dilakukan.

b) Jika terjadi penambahan koleksi akan sulit untuk dimasukkan ke dalam daftar yang telah dibuat.

2.3.4 Katalog Mikrofis

1. Pengertian

Mikrofis adalah reproduksi dari lembar – lembar film negatif yang ditata dalam jaket film berukuran 10 x 15 cm. Mikrofis merupakan media yang berisi dokumen yang dapat diperkecil hingga 18 x 90 kali dari bentuk aslinya. Media ini dapat memuat 60- 80 halaman buku bahkan bisa memuat 500 halaman buku lebih, tergantung berapa banyak bahan informasi yang dijadikan mikrofis.

Katalog berasal dari bahasa latin “catalogus” yang berarti daftar, dalam pengertian umum katalog diartikan sebagai daftar nama-nama, judul dan barang-barang. Dalam sejarah kepustakawanan, katalogisasi atau pengkatalogan (cataloguing, catalogieseren) merupakan keterampilan yang sudah dimiliki sejak berabad-abad lamanya, sebagai senarai inventaris. (Sulistyo-Basuki, 1991)

Jadi katalog mikrofis adalah sebuah daftar koleksi dari sebuah organisasi yang disusun menurut sistem tertentu dan berbentuk mikrofis.

Gambar katalog mikrofis

2. Sejarah katalog mikrofis

Mikrofis dan mikrofilm pada awalnya dikembangkan di Perancis dan Jerman sebelum Perang Dunia II, dan sejak awal tahun 1960 pemerintah Amerika Serikat mulai menggunakannya sebagai sarana penyimpan informasi baik berupa buku, majalah, brosur, dan materi komunikasi lainnya.

Di Indonesia PDII-LIPI mempunyai koleksi mikrofis/film yang memuat informasi-informasi penting dengan jumlah yang cukup banyak dan jumlahnya semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pada awal tahun 1998 jumlahnya mencapai 54.428 judul meliputi: buku, majalah, koran, disertasi, thesis dll. Koleksi tersebut . merupakan aset berharga yang perlu didayagunakan untuk kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan. dengan perkembangan koleksi mikrofis ini muncul pula katalog mikrofis.

3. Kelebihan katalog mikrofis

a. Dalam segi biaya pemeliharaannya lebih murah dari pada katalog kartu. 

b. Bentuknya ringkas dan mudah menyimpannya.

c. Mikrofis mudah diperbanyak dan disebarkan

4. Kekurangan katalog mikrofis

a. Untuk pengadaan, mikrofis membutuhkan banyak biaya.

b. Dalam penggunaan bagi pengguna awam akan kesulitan dari pada katalog kartu.

5. Cara penggunaan mikrofis

Mikrofis dapat digunakan dengan cara membacanya dengan alat khusus(micro reader).Hidupkan micro reader, kemudian masukkan mikrofis yang telah dipilih, dengan heading area berada di sebelah bawah. Diatur sinar cahaya agar bentuk tulisan dalam mikrofis dapat terbaca dengan mudah.

Untuk memilih mikrofis yang akan dibaca dapat dilihat dari heading area yang tertulis pada tiap fis. Misalnya penyusunan mikrofis majalah dikelompokkan dan dijajarkan menurut abjad judul majalah, diikuti urutan volume,nomor dan tahun.Sedangkan untuk penyusunan mikrofis buku dijajarkan dan dikelompokkan berdasarkan urutan nomor panggil, disesuaikan dengan nomor pangil yang terdapat pada katalog di perpustakaan. Pengguna dapat memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan yang diinginkannya dengan menggunakan alat bantu.

Gambar micro reader

OlDEMAN,LR

Technical report on a study of the agroclimatology of humid tropics of Southeast Asia [Microform]/

by L.R Oldeman and M.Frere.—

Rome: Food and Agriculture Organization,1982

mikrofis:positif : 10x15 cm +lamp

Dokumen asli : 243 p.; ills

Incl. : Bibl

I Agroclimatology – Humid tropics – Southeast Asia

1 Ti. 2 Frere, M 3 Food and Agriculture Organization

Contoh isi katalog mikrofis

2.3.5 Katalog Terpasang (OPAC)

1. Pengertian

Katalog on-line atau OPAC (Online Public Access Catalog) merupakan sistem katalog perpustakaan yang menggunakan komputer. Pangkalan datanya biasanya dirancang dan dibuat sendiri oleh perpustakaan dengan menggunakan perangkat lunak komersial atau buatan sendiri.

Contoh Katalog OPAC

2. Keuntungan OPAC

Berikut ini adalah beberapa keuntungan menggunakan sebuah OPAC:

a) OPAC menawarkan lebih banyak titik akses untuk satu catatan (rekod);

b) Menyediakan akses ke jangkauan yang luas dan informasi siaga (cepat);

c) Menyediakan informasi yang mungkin tidak tersedia dalam bentuk cetak;

d) Menghubungkan ke informasi terkini (update) karena secara online database diperbarui secara lebih cepat dan lebih sering;

e) Menghilangkan hal-hal yang membutuhkan pekerjaan klerikal yang membosankan seperti mengetik dan menata kartu katalog;

f) Menawarkan fasilitas pencarian lebih cepat dan kemampuan

pencarian menggunakan operator Boolean.

g) Rekaman bibliografi yang dimasukkan ke dalam entri katalog tidak terbatas.

h) Penelusuran dilakukan dari beberapa tempat tanpa harus mengunjungi perpustakaan , yaitu dengan menggunakan jaringan LAN (Local Area Network) atau WAN (Wide Are Network).

3. Kekurangan OPAC

a) Database OPAC perlu di update atau memiliki sistem yang terintegrasi dengan baik. Misalnya informasi ketersediaan buku pada OPAC harus sesuai dengan yang ada di rak perpustakaan.

b) Dengan menggunkan sistem online, OPAC dapat memiliki kemungkinan untuk di hack pihak lain. Akan tetapi hal ini tergantung dari sistem keamanan yang digunakan.

c) Terkait pencarian pada OPAC diperlukan sustu sistem yang memungkinkan kata kunci ditelusur secara tepat, selain itu juga memungkinkan perbaikan jika ada kesalahan kecil yang dimasukkan pengguna terkait kata kunci yang dicari.

d) Dengan penggunaan teknologi internet, tak jarang koneksi yang dimiliki pengguna merupakan aspek penting dalam pencarian, misalnya ada gangguan sinyal dan sebagainya.

Banyak program aplikasi yang dapat digunakan perpustakaan, antara lain seperti : CDS/ISIS, Inlis, Qalis, Inmagic, Virtua, Dynix, Tinlib, dan berbagai jenis aplikasi lain yang dikembangkan oleh masing-masing perpustakaan.

2.3.6 Katalog Induk

1. Pengertian Katalog Induk

Menurut Magetsari (1992) mengemukakan bahwa catalog induk adalah catalog dari beberapa bagian perpustakaan atau beberapa perpustakaan dengan penunjukan tempat, dapat dapat berupa catalog pengarang, catalog subyek dari semua buku yang dimiliki, atau catalog buku-buku pilihan yang terbatas pada subjek atau jenis bahan tertentu.

Katalog Induk Perpustakaan

Pembuatan katalog ini diawali dengan berawalnya kegiatan komputerisasi perpustakaan di Indonesia tahun 1970-an berupa pembuatan daftar majalah dengan bantuan komputer oleh Pusat Dokumentasi Informasi Nasional dengan menggunakan komputer yang terdapat di department pekerjaan umum. Komputer yang digunakan adalah milik Departemen Pekerjaan, sementara perangkat lunaknya disediakan oleh perpustakaan Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand. Setelah berhasil menyusun senarai tersebut, PDII-LIPI kemudian meningkat pembuatan katalog induk majalah dengan bantuan komputer. Katalog induk majalah tesebut selesai pada tahun 1975 mencakup ratusan majalah yang dilanggani oleh 33 perpustakaan. Komputerisasi katalog induk dipelopori oleh PDII-LIPI pada tahun 1974-an dengan penerbitan katalog induk majalah yang terdiri atas 2 jilid.

Penyusunan katalog induk memiliki langkah-langkah sebagai berikut, yaitu: Dalam proses penyusunaan ini sebaiknya ada satu perpustakaan yang ditunjuk untuk menjadi koordinator kerjasama. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam penyusunan katalog induk adalah sebagai berikut :

1) Penyusunan materi perpustakaan

Masing-masing peserta kerjasama ini menyusun dan menyempurnakan katalog masing-masing perpustakaaan dengan aturan yang telah di sepakati bersama. Misalnya : mengunakan software SLIMS (Senayan Library Management System), DDC edisi 23, AACR dll.

2) Penyusunan anggaran

Semua peserta mengadakan kesepakatan bersama mengenai berapa biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan, komunikasi, hingga pemeliharaan katalog induk ini. Sebaiknya anggaran ini dimasukan dalam anggaran rutin perpustakaan karena kerjasama ini akan terus berlanjut.

3) Standarisasi

Penentuan aturan-aturan untuk semua peserta kerjasama agar tercipta kerasama yang sinergitas antar perpustakaan. Untuk membuat keseragaman format pada katalg induk, yang perlu distandarkan misalnya :

a) Seleksi bahan apa saja yang masuk katalog induk. Mungkin ada bahan pustaka yang dalam kesepakatan tidak dimasukan dalam katalog induk karena tidak dimanfaatkan oleh perpustakaan lain. Misalnya antar 2 perpustakaan perguruan tinggi yang salah satunya tidak ada fakultas kedokteran maka tidak dimasukan dalam katalog induk.

b) Ukuran kartu. Untuk penerbitan katalog induk tercetak maka terlebih dahulu disepakati bahwa masing-maing perpustakan kan membut kartu katalog dengan ukuran standar. Sehingga akan mudah dalam menggabungkan katalog yang telah dibuat dan tidak perlu proses editing yang lama.

c) Sistem penyusunan. Kemudian dilakuan kesepakatan mengenai sistem penyusunan katalog induk ini. Apakah ditunjuk salah satu perpustakaan sebagai koordintor dan server pengimpun dari masing-masing peserta kerjasama atau menggunakan sebuah aplikasi yang masing-masing perpustakaan dapat menjdi server dan bisa mengunggah katalognya. Kemudian dimana peserta mengumpulkan katalog ini melalui surat elektronik atau langsung bisa mengunggah melalui database yang dipakai. Dan yang paling penting bagaimana sistem filter/penyaringan katalog yang belum memenuhi syarat masuk katalog induk.

d) Kode perpustakaan. Masing-masing peserta harus mempunyai kode tertentu agar mudah membedakan dimana letak bahan pustaka dengan hanya melihat katalog.

e) Tenaga (staf). Pendelegasian tugas secara khusus harus jelas dalam kerjasama ini. Masing-masing petugas/tenaga yang melakukan kerjasama perlu melakukan komunikasi yang sinergi antar perpustakaan.

2. Kelebihan

a) Mempermudah penyalinan katalog (copy cataloguing)

b) Mendukung pengawasan bibliografi (bibliographic control)

c) Menopang silang layan (interlibrary loan)

3. kekurangan

a) Tidak mudah untuk menggabungkan sistem perpustakaan yang bersifat individual kedalam suatu sistem yang terintegrasi secara total. Untuk mengatasi hal tersebut, perpustakaan yang bekerja sama perlu memiliki kesepakatan atau MOU (Memorandum of Understanding) yang jelas.

b) Sistem berbasis komputer tidaklah murah.

Salah satu penerapan katalog induk yaitu dapat dilihat dari penggunaan perangkat lunak CDS/ISIS yang dinyatakan sebagai perangakat lunak resmi untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pada tahun 1986 dengan format resmi berupa Indomarc (Indonesian Machine Readable Catalogue) maka tiap PTN berusaha menyusun katalog induk dan diwajibkan mengirimkan data koleksi perpustakaan ke UKKP (Unit koordinasi Kegiatan Perpustakaan) yang dibiayai oleh Bank dunia dan dikelola oleh UI.

2.3.7 Katalog Nasional

1. Pengertian Katalog Nasional

Menurut Wikipedia katalog nasional adalah katalog yang memuat informasi mengenai dokumen yang diterbitkan oleh suatu Negara dan disimpan pada suatu lokasi atau perpustakaan tertentu. Adapun tujuan dari katalog Nasional ini adalah dapat memudahkan pengguna dalam menemukan informasi mengenai dokumen yang dimiliki lembaga-lembaga Negara sehingga semua dokumen tersebut dapat terintegrasi penempatannya

Katalog Nasional

2. Kelebihan

a) Informasi dokumen menjadi lebih tersentralisasi

b) Bisa dijadikan sebagai arsip bukti bahwa sebuah lembaga pernah mengeluarkan suatu dokumen tertentu

3. Kekurangan

a) Hanya terdapat pada lokasi tertentu saja

b) Akses peminjaman sulit

2.3.8 Katalog Penerbit

1. Pengertian Katalog Penerbit

Katalog penerbit merupakan daftar buku yang diterbitkan atau dijul oleh suatu penerbit atau toko. Fungsi katalog ini adalah sebagai sarana promosi bagi penerbit/ toko buku. Dalam katalog penerbit terdapat informasi mengenai judul, pengarang, tahun terbit, jumlah halaman, harga buku dan sering pula menyertakan anotasi atau deskripsi cakupan isi buku.

2. Kelebihan Katalog Penerbit

Menginformasikan harga buku yang ingin dibeli

Pihak yang ingin membeli buku tidak perlu datang langsung ke penerbit

Memudahkan pengguna dalam melakukan seleksi buku ketika ada pembelian atau pengadaan buku

3. Kelemahan

Biaya mahal

Biasanya penerbit mengirim katalog penerbit pada perpustakaan tertentu, sehingga kurang dapat menjaring konsumen yang lebih luas

Setelah digunakan biasanya katalog penerbit sudah tidak dapat difungsikan lagi

Ketika penerbit mengeluarkan koleksi terbaru, tidak dapat ditambahkan langsung pada katalog, sehingga perlu menerbitkan katalog lagi

Tidak ramah tempat, dimana pada satu institusi perpustakaan menerima banyak katalog penerbit sehingga penggunaan ruang akan memakan banyak tempat, apalagi jika dikumpulkan dalam kurun waktu beberapa tahun.

2.3.9 Katalog Web Pac

1. Pengertian Katalog Web-OPAC

Web-OPAC atau katalog berbasis web adalah katalog perpustakaan yang memiliki versi di web atau internet dan adalah generasi berikutnya dari OPAC. Web-OPAC menggunakan protokol yang lebih luas dalam memberikan Katalog Perpustakaan. Hal ini diprogram untuk memfasilitasi pengguna perpustakaan untuk mengakses OPAC walaupun dengan jarak jauh.

Konsep Web-OPAC dianggap sangat mampu memenui kebuuhan pengguna perpustakaan dan juga dipraktekkan dan berhasil di negara maju, seperti Amerika Serikat dan Inggris. Di negara berkembang, contohnya India, juga mulai menggunakan Web-OPAC.

Perbedaan OPAC dan Web-OPAC :

  • Penggunaan OPAC tergolong terbatas dan hanya dapat diakses pada jaringan LAN, yang hanya dapat menampung pengguna yang sedikit. Sedangkan Web-OPAC, bersifat global, dimana pengguna dapat mengaksesnya di mana saja dan kapan saja.
  • Pengguna harus mengikuti program perangkat lunak OPAC tertentu yang terdapat dalam perpustakaan tersebut. Sedangkan Web-OPAC, menggunakan data HTML yang digunakan dalam bentuk hyperlink
  • Berikut adalah karakterisik pada web Interface :
  • Interface digunakan untuk memberikan akses dan fungsi sistem yang lengkap, efisien dan dapat digunakan oleh pengguna
  • Efektif dalam memberikan akses pada semua fungsi dan menampilkan pada bentuk yang dapat diakses dengan mudah
  • Secara estetika memuaskan, menggunakan bahasa yang dapat dimengerti, teknologi dan perangkat keras yang dapat digunakan pengguna
  • Dapat diakses oleh semua jenis penggun, baik dari segi tingkatan, kemampuan dan pengetahuan.
  • Terdapat beberapa Web-OPAC interface yaitu Talis, INNOPAC, Webcat, Voyagar, GeoWeb dan ALEPH, dan lain sebagainya.

Web-OPAC juga memiliki beberapa fitur utama seperti :

  • Fitur biasa tradisional OPAC seperti, menyimpan dan menyediakan akses langsung ke database bibliografi dan beberapa teks lengkap
  • Menggunakan link hypertext untuk memfasilitasi melalui rekaman bibliografi
  • Fitur pencarian yang mirip dengan search engine
  • Link menuju teks yang lengkap, apabila tersedia
  • Fitur untuk membantu membawa kemudahan dalam pencarian informasi elektronik semua tersedia melalui satu antarmuka misalnya, Katalog, CD-ROM, sumber-sumber internet, dll

2. Kelebihan

  • Penggunaannya yang bersifat global, dimana seseorang dapat mengaksesnya kapan saja dan di mana saja.
  • Status buku apapun dapat diketahui seperti apakah buku tersebut diterbitkan atau tidak, hilang atau dipindahkan, dan lainnya
  • Pengguna dapat mengirim permintaan cetak ulang segera melalui e-mail.
  • Memiliki daftar koleksi yang dicetak ulang

3. Kekurangan

Untuk kekurangannya, menurut Hermanto (2007), karena penggunaannya yang menggunakan teknologi mesin yang membutuhkan listrik/baterai dan juga internet, Web-OPAC tidak dapat diakses tanpa bantuan dua elemen tersebut.

Contoh Katalog Perpustakaan di dunia yaitu WorldCat. WorldCat adalah jaringan konten dan layanan perpustakaan terbesar di dunia. Perpustakaan WorldCat menyediakan akses ke sumber daya yang dimiliki di web, tempat dimana banyak orang mencari informasi di internet. WorldCat memungkinkan pengguna untuk mencari koleksi perpustakaan, baik di daerah sekitar pengguna, hingga perpustakaan lain di seluruh dunia.

WorldCat menyediakan fitur keanggotaan, dimana pengguna akan membutuhkannya, terutama untuk melihat atau mengunduh material yang ada secara keseluruhan. Fungsi dari WorldCat ini adalah mencari koleksi di beberapa perpustakaan dalam waktu yang bersamaan, mencari koleksi seperti jenis buku, musik, ataupun video. Tidak hanya itu terdapat pula artikel penelitian, atau item digital yang dapat dilihat maupun diunduh. WorldCat juga dilengkapi fitur Ask Librarian apabila pengguna memiliki kesulitan dalam website perpustakaan. Situs ini juga memberikan review mengenai suatu koleksi, atau kontribusi mengenai informasi faktual pada koleksi tersebut.

Kelebihan dari WorldCat, memiliki fungsi yang dapat membantu user dalam mencari koleksi yang terdapat di seluruh dunia, dan koleksi tersebut tidak terbatas hanya koleksi buku saja, tapi koleksi digital lain. Selain itu, karena juga bersifat global, WorldCat dapat diakses di mana saja dan kapan saja, selama masih ada jaringan internet.

Untuk kekurangannya, WorldCat memang memiliki data apabila terdapat koleksi yang ada di suatu perpustakaan, tapi tidak mencantumkan nomor panggil yang ada pada perpustakaan tersebut dan tidak mencantumkan status koleksi tersebut, apakah masih ada/tidak, sedang dipinjam/tidak, hilang/tidak.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seiring bergulirnya waktu perkembangan dan inovasi berdampak di berbagai aspek kehidupan. Begitupula dengan perpustakaan khususnya mengenai sistem temu kembali informasi, dalam hal ini adalah katalog perpustakaan. Dari segi jenis-jenisnya katalog dapat dibagi menjadi delapan, yaitu katalog kartu, katalog lembaran dan buku, katalog mikrofis, katalog terpasang, katalog web OPAC, katalog induk, katalog nasional dan katalog penerbit. Setiap katalog berkembang dari segi media maupun kandungan informasi yang dimiliki sehingga setiap katalog tersebut memiliki keunggulan sekaligus kekurangan masing-masing. 

3.2 Saran

  • Kualitas katalog di perpustakaan harus senantiasa ditingkatkan.
  • Katalog kertas sebaiknya tetap dilestarikan.
  • Penggunaan katalog digital harus terstruktur dan memiliki nilai interoperabilitas.
  • Diperlukan peran aktif dari pemerintah, pustakawan, dan masyarakat demi meningkatnya aksesibilitas informasi secara merata.

DAFTAR PUSTAKA

Miswan. 2005. CDS/ISIS untuk Mengelola Database Perpustakaan: Sebuah Pengantar, (Online), (http://eprints.rclis.org/10297/1/CDS-ISIS_tuorial.pdf), diakses pada 9 Mei 2016 pukul 09.30

Helsa. 2014. Katalogiasasi, (Online), (http://pp.ktp.fip.unp.ac.id/?p=36), diakses pada 9 Mei 2016.

Monisa, M. Tanpa tahun. PERSEPSI KEMUDAHAN DAN KEGUNAAN OPAC PERPUSTAKAAN UNAIR (Study Deskriptif Menilai Persepsi Kemudahan dan Persepsi Kegunaan OPAC Oleh Pengguna di Perpustakaan Universitas Airlangga), (Online), (http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Jurnal%20Martina.pdf.), diakses pada 7 Mei 2016.

Supriyono. 2012. Manajemen Jurnal Cetak, Elektronik dan Bahan Khusus. Yogyakarta : Perpustakaan UGM

PDII-LIPI. 1998. Laporan Tahunan 1997/1998. Jakarta: PDII-LIPI.

Qalyubi, Syihabuddin. 2007.Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.Yogyakarta : Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab UIN Sunankalijaga

Magetsari, N. 1992. Kamus Istilah Perpustakaan dan Dokumentasi. http://digilib.pnri.go.id/in/dlKmsPerp.aspx, diakses pada 7 Mei 2009.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 1992. Peraturan Katalogisasi Indonesia. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Husain, Rashid and Mehtab Alan Ansari. 2006. From Card Catalogue to Web OPACs.

Kumar, Shiv. (2013). From Clay Tablets to Web: Journey of Library Catalogue. DESIDOC Journal of Library & Information Technology, Vol. 33, No. 1, January 2013, pp. 45- 54.

Rufaidah, V.W. (2007). KNOWLEDGE COMMERCE: Peluang Implementasinya di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol.16, Nomor 2, hlm. 44-50.

OCLC. What is Worldcat?, (Online), (http://www.worldcat.org/whatis/), diakses pada 8 Mei 2016.

Prianggono, Budisetyo; Andoyo. 1992. Petunjuk Praktis Pembuatan Deskripsi Kartu Katalog Perpustakaan. Malang: IKIP Malang: Proyek OPF. 1991/1992.

Gani Nur Pramudyo
Gani Nur Pramudyo Halo saya Gani! Saya blogger yang menginspirasi melalui tulisan, peneliti metadata, dan long-life learner. Keperluan narasumber, silakan hubungi saya.

Posting Komentar untuk "KATALOG PERPUSTAKAAN DARI MASA KE MASA"