Makanan sebagai kode simbolik (Food as symbolic code )

Makanan sebagai kode simbolik, dan juga penanda budaya khususnya di masyrakat Amerika Serikat. Tulisan ini menelaah mengenai hubungan makanan sebagai penanda budaya yang melekat pada kehidupan manusia pemilik budaya dengan contoh kasus budaya di Amerika.“Sebuah kebudayaan atau tatanan sosial suatu masyarakat tertentu dapat dilihat dari makanan yang mereka makan”Marshall Sahlins.

Sebuah kebudayaan atau tatanan sosial suatu masyarakat tertentu dapat dilihat dari makanan yang mereka makan. Sebagai contoh budaya makan di Amerika (membagi dua, hewan untuk dimakan dan hewan yang tidak untuk dimakan)

Aturan tersebut dibuat oleh masyarakat tanpa mempertimbangkan unsur fisik atau nilai ekonomis yang terdapat dalam objek yang dirujuk, melainkan karena mereka menciptakan nilai simbolis tersendiri yang sudah melekat dan menjadi budaya. 

Lebih jauh, makanan juga dapat menggambarkan tatanan masyarakat di Amerika (kasus kaum borjuis Amerika). Aturan makan di Amerika tersebut juga berpengaruh terhadap produksi di sebuah struktur budaya (misal rok vs celana atau sapi,babi vs kuda, anjing). Dari situ lahirlah pola yang berulang, dipatuhi oleh masyarakatnya secara turun-temurun, dan menyebabkan terjadinya reproduksi –mengolah dan memakan hewan ternak dan babi (misal: olahan sapi ke steak) atau produksi celana untuk kaum pria, rok untuk wanita dan akhirnya terbangun makna di dalamnya bagi orang Amerika.

Sahlins menyebutkan bahwa makna dibangun oleh struktur produksi dan reproduksi, mengandung pola (pattern) yang berulang apabila dilihat melalui kacamata sirkuit budaya cultural studies, struktur dalam sahlins bisa diperluas/

Kebudayaan amerika

Kesimpulan

Kebudayaan tidak lahir secara alamiah. Tidak ada budaya yang ‘sudah dari sananya’ ketika melihat struktur/sirkuit yang berada di dalam kebudayaan itu sendiri. Dari Food as Symbolic Code, sejarah hubungan manusia vs hewan menjadi faktor lahirnya kebudayaan ‘hewan yang bisa dimakan dan tidak’, ada ideologi di balik kebudayaan tersebut. 

Apabila orang Amerika tidak menjaga budaya tersebut, budaya bisa berubah, bisa jadi anjing dan kuda menjadi hewan yang bisa dimakan. Jika borjuis tidak membedakan kalau steak itu lebih berkelas dibanding daging babi, kebudayaan bakal bergeser/berubah juga. Bila ditelaah melalui sejarah, daging berkelas atau tidak ternyata dipicu juga oleh kaum borjuis (kelas menengah), ada hirarki di dalam kebudayaan makan daging di Amerika padahal menurut Cultural Studies, budaya tidak seharusnya hirarki (ada budaya yang tinggi dan rendah). 

Produksi menjadi faktor penting yang menciptakan makna yang berkembang menjadi budaya dalam masyarakat. Ini merupakan pengembangan bentuk materialisme kultural yang berusaha mengeksplorasi pembentukan makna melalui produksi, yang mana makna sosial atau nilai simbolis suatu objek lebih penting daripada unsur fisik objek itu sendiri.

Referensi

Rangkuman dari artikel Sahlins, M. (1990). Food as symbolic code. Culture and society: Contemporary debates, 94 disusun oleh Kelompok 2: Gani Nur Pramudyo, Hermin Triasih, Liliane Mojau
Gani Nur Pramudyo
Gani Nur Pramudyo Halo saya Gani! Saya blogger yang menginspirasi melalui tulisan, peneliti metadata, dan long-life learner. Keperluan narasumber, silakan hubungi saya.

Posting Komentar untuk "Makanan sebagai kode simbolik (Food as symbolic code )"