Digitalisasi Koleksi Audio dan Moving Image

Istilah audio dan moving image sering disebut pula audiovisual. Audiovisual mencakup semua jenis moving image dan rekaman suara. Terkait isu digitalisasi, usaha digitilasi sumber audio, video dan motion picture film tertinggal dibelakang konversi teks dan fotografis dikarenakan adanya persepsi budaya dan hak cipta. Hal tersebut terjadi karena faktor teknis menjadi hambatan digitalisasi material audio visual seperti penyebaran jenis media analog, kompleksitas proses konversi, kebutuhan penyimpanan, format digital beragam, dan pengembangan spesifikasi teknis untuk konversi moving image yang masih berlangsung.

Sumber audiovisual membutuhkan perangkat untuk mengakses konten tersebut. Material audiovisual diukur dengan istilah menit dan jam, merepresentasikan realitas ruang dan waktu. Audio dan moving images berperan penting dalam merekam pengetahuan, mendokumentasikan kreativitas individu dan menghasilkan kegiatan dan orang-orang yang tidak diakui kedalam catatan terekam.

Terdapat pula audiovisual untuk kepentingan komersil, sejarah dan bidang keilmuan. warisan audiovisual  untuk budaya dan sejarah penting untuk direkam, terlebih apabila dapat tersedia di perpustakaan digital. Material audiovisual analog sulit diakses serta mudah rusak dan usang. Sejalan dengan temuan penelitian bahwa material audiovisual yang digunakan kebanyakan masih analog. Beberapa riset menunjukkan bahwa apabila material audiovisual analog tidak di konversi ke digital, beberapa tahun kedepan akan hilang, hancur dan tidak dapat diakses.  

Bab ini menjelaskan koleksi audiovisual dan diskusi isu preservasi berkaitan dengan format analog. Proses konversi audiovisual ke format digital menjadi fokus. Terdapat perbedaan penggunaan media dan teknollogi dalam proses perekaman, reproduksi dan digitalisasi untuk audio, video, motion picture film dan video analog. Faktor teknis, rekomendasi konversi dan format untuk audio dan video akan ditekan.

Digitalisasi Koleksi Audio dan Moving Image

A. Koleksi audio dan moving images

Koleksi audio dan moving image berisi rekaman analog dan digital. Terdapat perbedaan rekaman analog dan digital.  Dari sisi sinyal, sinyal analog merepresentasikan rentang berkelanjutan yang ditranfer ke meddia seperti gelombang atu pulse. Sinyal digital merepresentasikan nilai khas yang ditransfer ke media nilai binary. Material analog direkam pada mechanical formats, magnetic tape dan film. Rekaman digital dapat disimpan pada optcal disk atau file di sistem. Media perekaman material audio dan moving image dapat dibagi 3 yaitu rekama analog  pada on cylinders,vinyl records, magnetic audio tape,VHS, U-matic videotape, dan film. Rekaman digital seperti audio CDs, minidiscs, video DVDs, digital audio tape (DAT), and DV tape. Rekaman digital berupa file dalam sistem.  Rekaman analog, rekaman digital perlu untuk di konversi ke format digital dan ditransfer kedalam file-sistem

Sejarah rekaman audio dan moving image relatif singkat. Mulai dari penemuan phonograph tahun 1877, wax cylinders 1920an menggantikan flatdisc. Rekaman magnetic dan keset tape populer di tahun 1990an. Motion picture dibuat tahun 1890an, rekaman video moving image dikenalkan 1950an dan menjadi teknologi utama di tahun 1970an dan 1980an. Permasalahan melakukan konversi atau reproduksi rekaman audivisual yaitu kebijakan hak cipta dan ijin dari pemilik hak cipta. Beberapa survei menunjukkan perlu adanya preservasi untuk audiovisual dari pada material lain.

Urgensi Preservasi : Keusangan dan Kerusakan

Masalah keusangan disebabkan oleh matinya teknologi yang mendukung audiovisual format analog. Kurangnya peralatan reproduksi merupaka ancaman serius untuk mengakses konten dan meformat ulang ke digital. Selain itu, tidak stabilnya media pemutaran analog menyebabkan kerusakan pada banyak material audio dan video analog. Masalah preservasi rekaman audio dan moving image unik, berbeda dengan material kertas dan gambar. Media yang digunakan cenderung stabil, tidak menyebabkan sulitnya preservasi.Beberapa resiko preservasi dari keusangan media pemutar seperti : kegagalan katastropik di mana tidak ada konten yang dapat dipulihkan; Kegagalan sebagian ketika sebagian konten dapat dipulihkan;  Pengurangan di mana konten yang dipulihkan memiliki kualitas yang lebih rendah.

Kegagalan media yang digunakan dapat berdampak pada Ketidakmampuan untuk mereproduksi secara optimal, atau mereproduksi sama sekali, rekaman serta Ketidakmampuan untuk melestarikan koleksi. Semua  sumber fisik dapat rusak setiap waktu, namun rentang kerusakan bergantung pada jenis material dan kondisi material yang disimpan. 

Pada Cylinders atau discs lebih stabil dibanding magnetic tape, namun alat pemutarnya masih banyak kekurangan dan jarang digunakan.Pada Magnetic tape masalah preservasi terkait kerusakan kimia terjadi pada pengikat, yang menyebabkan pita menjadi lengket dan menumpahkan material selama pemutaran. Kondisi lingkungan yang buruk, termasuk suhu dan kelembaban yang tinggi, mempercepat proses degradasi. Pita magnetik digunakan pada material audiovisual seperti open-reel tapes,compact cassettes, dan mini cassettes serta VHS,U-matic,orBetacom. Film yang digunakan dalam rekaman motion picture adalah alat pembawa yang paling stabil. Beberapa temuan menunjukkan bahwa pengelolaan dan preservasi yang tidak tepat menyebabkan film berbahan nitrat dapat berubah warna menjadi coklat.  

Tujuan preservasi untuk melindungi sumber nilai budaya  jangka panjang, mencegah kerusakan dan memastikan kegunaan dan akses generasi selajutnya. sangat penting untuk digitalisasi koleksi audiovisual  ke digital. 

B. Digitalisasi Audio

Digitalisasi audio dapat dilakukan oleh staf dan lembaga kecil dengan biaya rendah. Namun, beberap survei melaporkan bahwa format compact cassette tidak dapat digunakan dengan baik karena bahan murah, kondisi penyimpanan yang buruk  dan kerusakan mekanis, banyak tape yang tidak dapat dimainkan sekitar 40 tahun setelah pertama kali diperkenalkan.

Digitalisasi secara universal dianjurkan untuk strategi memformat ulang rekama audio. Digitalisasi audio lebih maju dibading moving image. Terdapat pedoman untuk memformat ulang, metadata dan sistem penyimpan arsip untuk audio yang diterbitkan oleh IASA dan Asosiasi koleksi Rekaman Suara.

Faktor Teknis 

Temuan teknologi rekaman memungkinkan menangkap suara manuasia, musik dan suara alam di dunia dan mengubah hubungan suara alam yang sementara dan sebentar. Pada proses rekaman analog,  suara ombak dikonversi menjadi fluktuasi tegangan listrik dan didrepresentasikan atau ditulis pada media pembawa seperti disc atau tape. Sedangkan pada proses rekaman digital, merepresentasikan dan menyimpan sinyal suara sebagai rangkain digit biner. Digitalisasi material audio analog melibatkan konversi gelombang suara analog menjadi aliran biner dari 1s dan 0s serta merekam dengan nomor (bentuk biner). Dua faktor teknis yang penting untuk kualitas dari suara digital : sampling rate dan bit depth. Sampling rate mengacu pada sejumlah sampel dari gelombang yang diambil per detik untuk mewakili suara dalam bentuk digital. Kualitas representasi digital meningkat dengan jumlah sampel sinyal analog. Tingkat pengambilan sampel diwakili dalam kilohertz (kHz). Standar sampling rate musik CD adalah 44,1 kHz dan preservasi digital adalah 96 kHz. Depth bit mengacu pada jumlah titik yang ditangkap per sampel. Depth bit untuk audio CD adalah 16 bit, dan preservasi audio adalah 24 bit. 

Proses digitalisasi audio

Proses konversi rekaman suara analog ke dalam format digital dan menciptakan aset digital berkelanjutan terdiri dari tahap perencanaan dan pemilihan, pengambilan digital, pemrosesan, pembuatan metadata, upload ke digital library management system (DLMS), dan preservasi digital. Pedoman digitalisasi audio merekomendasikan untuk membuat file master berkualitas tinggi dan turunannya untuk tujuan pelestarian dan akses. Alur konversi audio diikuti oleh konversi analog-ke-digital dan pembuatan file induk, peningkatan kualitas, dan produksi file turunan dalam format mp3. File master dan file layanan yang diedit diarsipkan, sedangkan file turunan, metadata yang dibuat dan transkrip diunggah ke server untuk akses online.  Metadata terperinci penting untuk penemuan sumber daya, akses, dan pengambilan koleksi digital. File turunan dan metadata di upload ke dalam digital library management system (DLMS) untuk penyajian online. 

Banyak DLMS open source dan proprietary, termasuk Omeka, Collective Access, dan CONTENTdm, mendukung pemutar audio dan format akses standar, seperti mp3. Upload file audio digital dengan metadata standar ke dalam DLMS dapat memastikan interoperabilitas dan intergrasi data di perpustakaan digital. Internet Archive menyediakan platform gratis yang  menawarkan hosting untuk preservasi file audio dan video.  Avalon Media System sistem open source untuk mengelola dan menyediakan akses ke koleksi audio dan video digital.  

Peralatan

Proses konversi audio dasar membutuhkan empat peralatan yauti Mesin pemutaran audio analog; Konverter analog-ke-digital (ADC); Komputer dengan perangkat lunak pemrosesan audio;dan  Repositori digital untuk menyimpan dan mempreservasi file master. Terdapar pula workstation audio analog-ke-digital dan mixing board untuk menyesuaikan dan meningkatkan sinyal audio. Kombinasi perangkat pemutar audio lama, komputer high end, konverter penting untuk konversi audio. Perangkat lunak pemrosesan audio diperlukan untuk menyandikan sinyal yang dikonversi dan menyimpan file master dalam format target. Contoh perangkat lunak pemrosesan audio yaitu dari paling bagus Sony Sound Forge hingga open source Audacity.

Rekomendasi untuk Digitalisasi Audio

Sampling rate dan bit  depth merupakan dua faktor penting dalam menentukan keseragaman audio yang diformat ulang secara digital. Rekomendasi minimum pada 44.1 kHz dan kedalaman 16-bit mirip dengan spesifikasi yang digunakan dalam merekam CD audio komersial, yang didasarkan pada kemampuan manusia untuk memahami suara. Manusia "mendengar" suara dalam kisaran 20-22,5 kHz dan 15-17 bit. 

Beberapa format standar dalam format audio seperti WAVE (Windows Audio File Format) (.wav) direkomendasikan sebagai format preservasi untuk file audio karena kesederhanaan dan keunikannya.  BWF .wav memiliki kelebihan metadata dapat dimasukkan ke dalam file header. BWF semakin direkomendasikan sebagai format target pelestarian. MP3 adalah format yang dikenal untuk turunan audio. Selain MP3, format akses lainnya telah digunakan dalam koleksi digital yaitu Real Audio (.ra atau .ram) digunakan pada koleksi audio digital generasi pertama. 

C. Digitalisasi Moving image

Koleksi moving image analog termasuk motion picture image dan rekaman video. Rekaman film dan video adalah dua jenis moving image yang berbeda, karena berbagai teknologi yang digunakan untuk menangkap moving image di dunia analog. Konversi dari koleksi moving image telah dilakukan oleh arsip audiovisual dan perpustakaan akademik nasional. Namun, untuk lembaga kecil yang tidak memiliki peralatan digitalisasi atau staf ahli memilih menggunakan jasa vendor. Konversi koleksi moving image menghadapi tantatang berupa masalah keuangan, Kurangnya staf ahli konversi, kurangnya peralatan yang sesuai, Kekhawatiran tentang kurangnya standar dan praktik terbaik untuk konversi serta pembatasan hak cipta.

Konversi digital moving image berbeda dari audio, audio sudah memiliki format WAV / BFW diakui sebagai format preservasi umum.  Sebaliknya, digitalisasi moving image kurang pedoman yang jelas tentang spesifikasi teknis dan format preservasi. Ada beberapa upaya yang sedang dilakukan untuk memajukan pengembangan format target dan memberikan panduan untuk digitalisasi moving image. Beberapa organisasi tersebut FADGI  di amerika dan PrestoCentre di Eropa untuk mengatasi permasalahan preservasi moving image. 

Pedoman terbaru FADGI untuk proyek pemindaian moving image fokus memberikan saran untuk menghasilkan format output berkualitas tinggi untuk penggunaan saat ini tetapi tidak pada pemformatan ulang preservasi. Banyak spesialis moving image berpendapat bahwa lebih banyak informasi visual disimpan dalam bingkai film daripada yang dapat ditangkap secara digital dengan kemampuan teknis mereka saat ini.

Moving image adalah media berbasis waktu yang dinamis yang terdiri dari urutan gambar diam yang ketika diproyeksikan dengan kecepatan tinggi, menciptakan ilusi gerakan berkelanjutan. Urutan gambar dapat disertai oleh satu atau lebih saluran audio. Berbagai teknologi dan bahan telah digunakan dalam merekam moving images dan suara terkait. Film, video, dan file digital memiliki perbedaan teknologi rekaman dan media yang digunakan. 

Film, alur kerja film yaitu pemindahkan gambar yang ditangkap dengan kamera film dan direkam pada berbagai stok film menjalani proses pemaparan dan pengembangan agar siap untuk proyeksi. Audio yang menyertainya direkam pada trek optik atau magnetik.  Video awalnya dikembangkan untuk merekam sinyal siaran televisi pada kaset tetapi telah digunakan untuk berbagai aplikasi, termasuk perekaman langsung.  Berbagai standar muncul untuk video analog di Amerika Utara (NTSC) dan di Eropa (PAL). File born digital mencakup gambar dan pita suara yang disandikan sebagai sinyal digital. Bingkai terdiri dari gambar digital yang dipetakan dan disinkronkan dengan bit-stream audio. 

Referensi : 

Xie, I., & Matusiak, K. (2016). Discover digital libraries: Theory and practice. Elsevier.
Gani Nur Pramudyo
Gani Nur Pramudyo Halo saya Gani! Saya blogger yang menginspirasi melalui tulisan, peneliti metadata, dan long-life learner. Keperluan narasumber, silakan hubungi saya.

Posting Komentar untuk "Digitalisasi Koleksi Audio dan Moving Image"