Rencana Strategis Perpustakaan dalam Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

Berikut kami bagikan makalah berjudul Rencana Strategis Perpustakaan dalam Meningkatkan Minat Baca Masyarakat:

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan era informasi di dunia, minat masyarakat dunia terhadap pencarian informasi semakin meningkat. Kebutuhan informasi yang awalnya hanya sebagai hiburan dan hal pembunuh waktu berubah menjadi kebutuhan pokok keempat setelah sandang, pangan, dan papan. Masyarakat dunia sekarang haus akan informasi dan berusaha mencari informasi sebanyak mungkin untuk memuaska kehausan mereka akan informasi.

Perkembangan informasi yang semakin cepat tersebut disebabkan karena perkembangan teknologi yang semakin maju, yaitu dengan berkembangnya internet. Internet menyediakan akses bagi siapapun untuk mencari informasi yang mereka butuhkan untuk memenuhi dahaga mereka akan informasi.

Pekembangan dunia internet membuat perpustakaan-perpustakaan mulai mengubah paradigma tentang penyaluran informasi. Perpustakaan yang sebelumnya bersifat closed access menjadi open access dengan memberdayakan internet sebagai sarananya. Saat ini banyak perpustakaan-perpustakaan yang menjalankan konsep perpustakaan berbasis internet seperti e-library, digital library, mobile library, bahkan yang terbaru yaitu cloud library.

Konsep-konsep perpustakaan berbasis internet dibuat untuk menjawab tantangan dunia akan keterbukaan informasi dan membuat masyarakat tetap bisa mengakses informasi yang berada di perpustakaan tanpa perpustakaan harus merasa tersaingi dengan adanya search engine seperti Google, Yahoo!, bing, dan lain-lain. masyarakat tidak akan mudah tersesat dengan informasi-informasi yang belum tentu absah kebenarannya yang disediakan oleh search engine diatas.

Perubahan paradigma yang telah disebutkan diatas membuat presentase minat baca masyarakat dunia semakin meningkat karena keterbukaan informasi yang telah disediakan oleh internet dan perpustakaan berbasis internet seperti yang telah disebutkan diatas. Konsep-konsep tersebut membuat masyarakat tidak perlu jauh-jauh datang ke perpustakaan untuk mencari sumber literasi dan pustaka yang mereka butuhkan untuk memuhi kenginan mereka.

Peningkatan minat baca masyarakat secara langsung berdampak pada meningkatnya kebutuhan informasi dari masyarakat itu tersebut, namun tidak demikian dengan apa yang terjadi dengan Indonesia. Persentase minat baca masyarakat Indonesia justru tetap sedikit. Menurut survey yang dilakukan oleh UNESCO minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,01 % untuk ukuran banyaknya masyarakat Indonesia hal itu sangatlah sedikit dibanding dengan negara lain, padahal keterbukaan informasi yang terjadi sekarang sudah memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi. Oleh sebab itu, penulis mencoba untuk membuat strategi untuk meningkatkan minat baca masyarakat indonesia di era informasi berbasis teknologi seperti saat ini.

1.2. Rumusan Masalah

  1. Apa penjelasan mengenai rencana strategis ?
  2. Apa visi dan misi perpustakaan dalam meningkatkan minat baca masyarakat ?
  3. Apa tantangan dalam menjalankan visi dan misi perpustakaan ?
  4. Bagaimana rencana strategis dalam mencapai visi dan misi perpustakaan ?

1.3. Tujuan

  1. Memahami penjelasan mengenai rencana strategis perpustakaan dalam meningkatkan minat baca masyarakat.
  2. Memahami visi dan misi perpustakaan dalam meningkatkan minat baca masyarakat.
  3. Memahami tantangan dalam menjalankan visi dan misi perpustakaan.
  4. Mamahami dan mampu menerapkan rencana strategis dalam mencapai visi dan misi perpustakaan
Rencana Strategis Perpustakaan dalam Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Pengertian rencana strategis

Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk menetukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber dayanya (termasuk modal dan sumber daya manusia) untuk mencapai strategi ini . Berbagai teknik analisis bisnis dapat digunakan dalam proses ini , termsuk analisis SWOT (Strengths,Weaknesses,Opportunities, Threats),.

Perencanaan strategis (stategic planning) adalah sebuah alat manajemen yang digunakan untuk megelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada masa depan , sehingga rencana strtegis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi di kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun kedepan (Kerzner 2001).

Untuk mencapai sebuah strategi yang telah ditetapkan oleh organisasi dalam rangka mempunyai keunggulan kompetitif , maka para pemimpin perusahaan, manejer oprasi, haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang ada pada proses perencanaan strategis/ trategic planning (Brown,2005).

Kemampuan manufaktur harus dipergunakan secara tepat , sehingga dapat menjadi sebuah senjata yang unggul dalam sebuah perencanaan strategi (Skinner,1969).

Perencaan strategi secara eksplisit berhubungan dengan manajemen perubahan , hal ini telah menjadi hasil peneelitian beberapa ahli (e.g.,Ansoff 1965;Anthony,1965;Lorange(1980), Steiner (1979).Lorange (1980) menuliskan , bahwa strategic plannig adalah kegiatan yang mencakup serangkaian proses dari inovasi dan meggubah perusahaan, sehingga apabila stategic planning tidaka mendukung inovasi dan perubahan maka itu adalah kegagalan .

Jadi perencana strategis adalah suatu program yang terencana untuk mencapai tujuan organisasi sesuai visi dan misi yang disepakati bersama dalam jangka waktu yang panjang.

2.2.Visi dan Misi

Visi

Mewujudkan masyarakat literasi informasi melalui kebudayaan membaca

Misi

· Meningkatkan budaya membaca di seluruh lapisan masyarakat

· Membentuk masyarakat yang informatif

· Menjalin kerjasama dengan masyarakat, pemerintah dan instansi

· Memberikan pelayanan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna

· Mendukung dan berpartisipasi dalam program program perpustakaan bagi masyarakat pemakai

2.3.Tantangan Perpustakaan dalam meningkatkan minat baca masyarakat

2.3.1. Tingginya angka buta huruf

Angka buta aksara di Indonesia sangatlah besar terlebih mereka yang dari pelosok dan jauh dari jangkauan pemerintah. Ada banyak factor yang mempengaruhi buta aksara, yang dimulai dari kemiskinan, pola fikir, dan mereka yang berada di pelosok sehingga menyebabkan pelayanan pemerintah sulit dijangkau.

Pertama, faktor kemiskinan, karna faktor kemiskinan mereka sibuk mencari nafkah untuk dimakan sehari-hari hingga menyebabkan mereka tidak memliki waktu untuk untuk memikirkan pentingnya pendidikan dalam kehidupan. Mereka menganggap mengatasi kemiskinan jauh lebih penting dibandingkan dengan pendidikan. Padahal dari pendidikan itu pasti daoat mengatasi masalah kemiskinan.

Kedua, pola fikir masyarakat yang mengganggap belajar hanya membuang waktu karna dalam keseharian mereka belajar bukanlah menjadi perioritas. Jangankan mereka yang buta aksara yang enggan membaca, masyarakat yang sudah melek aksara saja dalam belajar mereka bermalas-malasan. Sebagian besar masyarakat yang ada di pelosok beranggapan bahwa sekolah setinggi apapun belum tentu mereka akan mendapatkan pekerjaan setelah mereka lulus, sehingga mereka lebih memilih bekerja.

Ketiga, tempat tinggal mereka yang berada di pelosok. Karna mereka tinggal diploso menjadikan pemikiran mereka yang beranggapan bahwa mereka masyarakat yang terbelakang. Menjadi masyarakat terbelakang kemudian dipahami secara kodrati, sehingga upaya dan usaha pemberatasan aksara tidak begitu penting dalam agenda kemasyaratan karena melek aksara belum mereka sadari sebagai bagian dari upaya penciptaan kemajuan dan kesejahteraan.Keempat, tingkat biaya dalam pendidikan yang tinggi. Biaya pendidikan yang tinggi membuat pemikiram mereka bahwa orng yang berpendidikan hany untuk orang kaya.

2.3.2. Persaingan perpustakaan dengan tempat hiburan masyarakat

Dalam memenuhi memenuhi kebutuhan pengguna, perpustakaan dan tempat hiburan masyarakat, seperti mall, wahana game online, dan lain sebagainya mempunyai salah satu fungsi yang sama, yaitu fungsi rekreasi. Namun yang sangat membedakan perpustakaan antara perpustakaan dan tempat hiburan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan masyarakat adalah fungsi pendidikan, penelitian, informasi dan kultural. Namun dengan lima fungsi perpustakaan tersebut tenyata belum mampu sepenuhnya mengalihkan minat masyarakat khususnya anggota untuk sekedar berkunjung dan membaca koleksi yang telah disediakan. Inilah yang menjadi PR tersendiri bagi perpustakaan untuk membenahi perpustakaan dalam segala aspek sehingga dapat meningkatkan minat baca. Faktor yang menyebabkan perpustakaan kurang diminati dibanding tempat hiburan masyarakat antara lain :

a. Infrastruktur dan sarana

Letak gedung yang kurang strategis, desain tata ruang yang terlalu kaku, sarana yang kurang memadai dapat menjadi alasan masyarakat lebih memilih tempat hiburan daripada perpustakaan. Dengan permasalahan tersebut, kenyamanan pengguna dalam mengakses perpustakaan kurang terpenuhi, sehingga minat membacapun juga menurun.

b. Koleksi

Sebagi sumber informasi bagi masyarakat, tentu saja koleksi harus sangat diperhatikan. Pengadaan dan perawatan koleksi yang kurang diperhatikan dapat menurunkan tikat kunjungan masyarakat. Masyarakat kurang berminat bisa saka dikarenakan koleksinya kurang up to date, perawatan kurang maksimal, jumlahnya kurang memadai, jenis koleksi kurang beragam.

c. Layanan pengguna

Layanan pengguna merupakan aktivitas perpustakaan dalam memberikan jasa layananan kepada pengguna perpustakaan. selengkap apapun koleksi dan sebagus apapun infrastruktur perpustakaan jika layanan yang diberikan tidak memadai dan memuaskan pengguna, maka visi perpustakaan belum tercapai. Kualitas layanan perpustakaan yang kurang optimal bisa menyebabkan pengguna enggan untuk berkunjung ke perpustakaan dan lebih memilih untuk pergi ke tempat yang lebih menyenangkan.

d. SDM kurang berkompeten

Dalam melaksanakan layanan pengguna, sumber daya manusia sebagai pustakawan sangat berpengaruh untuk mencapai layanan prima perpustakaan. Pustakawan yang tidak ramah, tidak informatif, kurang mengetahui pengalikasian teknologi akan sangat berpengaruh dalam menjalankan program kegiatan perpustakaan , khususnya akan mempengaruhi minat membaca pengguna karena merasa takut dan tidak nyaman di perpustakaan, meskipun koleksi yang mereka cari ada di perpustakaan dan sarana yang disediakan mendukung.

2.3.3. Adanya pengguna berkebutuhan khusus

Perpustakaan adalah tempat belajar untuk public , untuk itu artinya semua masyarakat dari berbagai status social harus mendapatkan hak dan pelayanan yang sama , termasuk hak dan pelayanan untuk para penyanding disabilitas , akan tetapi di Indonesia belum meneraakan tetapi sudah ada rencana. untuk itu diharapakan dalam perpustakaan harus menyediakan fasilitas untuk penyandang disabilitas terutama bagi tuna netra yang membutuhkan informasi berupa buku cetak huruf Braille.

Untuk mereka yang berkebutuhan khusus perlu di pikirkan untuk itu diperlukan sinergitas antara eksekutif adan legislative agar fungsi perpustakaan dapat merangkul semua lapisan masyarakat. Rencana yang harus dilakukan oleh perpustakaan yaitu menyediakan sumber daya manusia yang bertujuan sebagai pendamping untuk penyandang disabilitas untuk membantu menelusur informasi yang dibutuhkan dan sebaikanya perpustakaan tersebut mengekrut lulusan ilmu perpustakaan yang mempunyai keahlian dalam menangani penyandang disabilitas.

2.3.4. Ketergantungan masyarakat terhdap penggunaan internet.

Semakin lama semakin tinggi pula angka pertumbuhan penduduk di dunia. Semakin lama pula teknologi informasi berkembang sangat pesat. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia(APJII) pengguna internet di indonesia tahun 2014 sebanyak 34,9%. Keadaan ini di dukung oleh perkembangan internet yang semakin lama semakin menjamur. Rata-rata masyarakat indonesia juga memiliki smartphone yang mereka gunakan untuk mencari informasi. Hal ini sangat berpengaruh besar untuk peran perpustakaan. Peran perpustakaan sebagai pusat informasi pun kini semakin menurun dengan adanya internet. Internet membuat mereka lebih mudah dalam mencari informasi daripada harus datang ke perpustakaan. Apalagi di kalangan pelajar/mahasiswa sekarang ini. internet tidak hanya digunakan sebagai searching untuk tugas-tugas atau sebagai referensi skripsi mahasiswa tetapi digunakan pula untuk chatting dengan orang lain di dunia maya.

Akan tetapi penggunaan internet tidak selamanya membuahkan hasil yang maksimal, pasti adan keuntungan dan kelemahannya. Penggunaan internet sendiri menjadi tantangan bagi sebuah perpustakaan untuk dapat bersaing di era globalisasi. Karena dalam hal ini, minat baca dari masyarakat juga akan menurun. Masyarakat cenderung lebih menyukai pencarian informasi secara instan dengan waktu yang lebih cepat dan dapat diakses dimana saja kapan saja. Namun informasi yang didapatkan kurang valid dibandingkan dari membaca buku.

Contoh : Informasi yang di dapat dari google tidak sepenuhnya sesuai dan lengkap dibandingkan dengan informasi-informasi yang diperoleh dari perpustakaan.

2.3.5. Meningkatnya kebutuhan pengguna akan informasi.

Kebutuhan pengguna akan informasi akan semakin meningkat sejalan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, teknologi dan informasi. Perpustakaan sebagai penyedia informasi dituntut untuk dapat menyediakan kebutuhan informasi untuk pengguna. Namun tidak selamanya perpustakaan dapat selalu menyediakan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti minimnya anggaran perpustakaan yang menyebabkan perpustakaan tidak dapat melakukan pengadaan koleksi sesuai dengan apa yang dibutuhkan pengguna, rendahnya ketrampilan SDM dalam mengolah sumber informasi, dan kurangnya penguasaaan dan pemanfaatan teknologi informasi. hal ini merupakan tantangan bagi perpustakaan untuk dapat selesaikan.

2.3.6. Kurangnya kesadaran masyarakat

Membaca merupakan kegiatan untuk menambah pengetahuan yang dapat memengaruhi pemikiran individu yang melakukannya. Membaca dapat mengurangi tingkat kebodohan masyarakat. Membaca juga dapat menjadi dasar langkah yang akan dilakukan. Prestasi seseorang juga didapatkan dari membaca. Hasil dari membaca ini, menjadikan membaca sebagai kegiatan yang penting bagi masyarakat.

Kesadaran masyarakat Indonesia untuk membaca masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Anies Baswedan (Mendikbud) dalam sp.beritasatu.com (2015) bahwa budaya membaca di Indonesia sampai saat ini masih sulit diterapkan, sp.beritasatu.com juga mengatakan bahwa berdasarkan data UNESCO, persentase minat baca Indonesia sebesar 0,01 persen. Hartadi (2009) mengatakan bahwa “... peningkatan minat baca masyarakat masih tetap berjalan ditempat walaupun disana-sini usaha telah dilakukan oleh pihak pemerintah dengan dibantu oleh pihak-pihak tertentu yang sangat berkaitan dengan minat baca masyarakat, seperti Guru, Pustakawan, Penulis, Media masa dan Gerakan Cinta Buku.” Berdasarkan pendapat ini minat baca di Indonesia rendah dengan perbandingan 1 : 10.000 orang.

Menurut Hartadi (2009) Ada beberapa faktor yang mendukung dan menghambat minat baca masyarakat, yaitu:

1. Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswa/mahasiswa harus membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan dan mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan di kelas.

2. Banyaknya hiburan TV dan permainan di rumah atau di luar rumah yang membuat  perhatian anak atau orang dewasa untuk menjauhi buku. Sebenarnya dengan berkembangnya teknologi internet akan membawa dampak terhadap peningkatan minat baca masyarakat kita, karena internet merupakan sarana visual yang dapat disinosimkan dengan sumber informasi yang lebih abtudate, tetapi hal ini disikapi lain karena yang dicari di internet kebanyakan berupa visual yang kurang tepat bagi konsumsi anak-anak.

3. Banyaknya tempat-tempat hiburan seperti taman rekreasi, karaoke, mall, supermarket dll.

4. Budaya baca masih belum diwariskan oleh nenek moyang kita, hal ini terlihat dari kebiasaan Ibu-Ibu  yang sering mendongeng kepada putra-putrinya sebelum anaknya tidur dan ini hanya diaplikasikan secara verbal atau lisan saja dan tidak dibiasakan mencapai pengetahuan melalui bacaan.

5. Para ibu disibukan dengan berbagai kegiatan di rumah/di kantor serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga, sehingga waktu untuk membaca sangat minim.

6. Buku dirasakan oleh masyarakat umum sangat mahal dan begitu juga  jumlah perpustakaan masih sedikit dibanding dengan jumlah penduduk yang ada dan  kadang-kadang letaknya jauh.

Menurut Aliah (2013) Penyebab rendahnya minat baca bagi siswa, yaitu:

1. Masih rendahnya kemahiran membaca siswa di sekolah.

2. Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat anak harus membaca buku, mencari Informasi/ pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan.

3. Banyaknya jenis hiburan (game) dan tayangan di TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dari buku.

4. Banyaknya tempat hibuaran yang menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat karaoke, mall, supermarket, play station, dan lainnya.

5. Budaya membaca yang belum pernah diwariskan nenek moyang kita.

6. Kesibukan orang tua sehingga tidak ada waktu luang untuk anak.

7. Sarana untuk memperoleh buku bacaan masih kurang.

8. Harga buku masih relatif mahal dan tidak sebanding denga daya beli masyarakat.

9. Belum ada lembaga atau institusi yang secara khusus menangani minat baca siswa.

10. Minimnya koleksi buku di Perpustakaan serta kondisi perpustakaan yang tidak memberikan iklim yang kondusif bagi tubuh kembanganya minat baca siswa.

2.4 Rencana Strategis Perpustakaan dalam Meningkatkan Minat baca Masyarakat

2.4.1. Tingginya angka buta huruf

Dari faktor-faktor diatas masalah buta aksara dapat di berantas dengan mendirikan perpustakaan batik didesa maupun dikota. Perpustakaan sendiri sangat berperan penting dalam memerangi buta aksara terlebih perpustakaan itu memiliki tujuan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Alangkah baiknya setiap desa memiliki perpustakaan.

Selain itu dapat juga dilakukan dengan dilakukan kerja sama antara perpustakaan dengan pemerintah setempat dalam memberikan pencerahan betapa pentingnya membaca dan membri pemahaman bahwa dalam membaca mereka dapat informasi.

Setelah pola fikir mereka berubah maka dilakukanlah pembinaan dengan bekerja sama dengan tokoh yang mereka percaya dalam memberikan pemahaman dan mengajar. Apalagi orang yang mengajak mereka merupakan orang yang mereka percayai, itu akan memberikan kekuatan dalam mengajak untuk belajar. Tidak hanya itu staf perpustkaan ikut turut mebantu dalam megajar. Perpustakkan itu sendiri akan memberika pelayan berupa penyediaan buku yang hendak mereka baca.

Sosialisasi juga diperlukan agar semakin banyak orang yang ingin dan termotivasi dalam belajar. Dari sosialisasi itu dapat dilakukan pembagian buku yang mereka baca sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Misalnya pada ibu-ibu PKK maka hendaknya di sediakan buku yang bertemakan masakan, namun tidak hanya sekedar memberikan, buatlah mereka tertarik dengan apa yang akan dilakukan. Mengajak masyarakat terkadang juga perlu seperti sales yang menjual produknya dan membuat mereka tertarik dengan apa yang kita bawa. Namun berbeda dengan peran perpustakaan buku yang akan ditawarkan itulah yang menjadi produknya dan pustakawan itu yang menjadi sales.

Jika mereka telah tertarik dengan apa yang kita tawarkan maka dengansendirinya mereka akan membacanya dan menjadikan pemikiran mereka bahwa dari membaca itu kita dapa memperoleh informasi yang bermamfaat dan mereka akan haus akan informasi dan menjdikan mereka gemar membaca.

2.4.2. Persaingan Perpustakaan dengan Tempat Hiburan Masyarakat

Tata letak bangunan dan desain

Tata letak bangunan perpustakaan yang kurang strategis menyebabkan masyarakat enggan untuk berkunjung, untuk itu bisa dilakukan pembangunan perpustakaan di pusat keramaian masyarakat atau membuka taman baca atau perpustakaan sederhana di tempat hiburan masyarakat, seperti mall, taman bermain dll. Untuk meningkatkan kenyamanan masyarakat dalam membaca, desain perpustakaan haruslah menarik namun tetap memperhatikan keamanan penyimpanan koleksi.

Pengadaan dan perawatan koleksi

Pengadaan koleksi haruslah sesuai dengan tuntutan informasi dari pengguna, selalu up to date koleksi terbaru namun tetap menyesuaikan dengan anggaran. Perawatan bahan pustaka juga perlu dilakukan untuk melindungi informasi pada koleksi, dan juga meningkatkan keinginan masyarakat untuk membaca, kegiatan tersebu berupa menjilid ulang, melaminasi, mereproduksi, penyiangan dan alih bentuk misalnya dari bentu kertas ke bentuk microfilm, mikrofis atau digital.

Penerapan Layanan Prima

Penerapan layanan prima karena perpustakaan merupakan pelayanan umum yang menggunakan sumberdaya masyarakat dan untuk melayani masyarakat dengan menerapkan standar layanan minimal.

Mengadakan event yang dapat meningkatkan antusias masyarakat

Event yang dapat dilakukan antara lain perlombaan yang berhubungan dengan buku, seperti story telling dari novel, perlombaan pengunjung teraktif membaca, bedah buku, pameran kebudayaan.

Pelatihan bagi pustakawan dan bimbingan terhadap pemakai

Sumber daya manusia perlu ditingkatkan terus, misalnya dengan pendidikan, pelatihan, magang, kursus untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di perpustakaan, karena SDM merupakan aset utama perpustakaan sebagai penggerak. Bimbingan pemakai juga sangat perlu dilakukan mengingat pengguna perpustakaan bukan hanya dari satu macam golongan, melainkan dari seluruh lapisan masyarakat, jika mereka tidak mengetahui cara penggunaan infrastruktur yang ada, maka masyarakatpun juga akan enggan untuk berkunung ke perpustakaan. Oleh sebab itu, perlu adanya bimbingan pemakai baik secara langsung melalui hubungan langsung antara pustakawan dengan pengguna, maupun secara tidak langsung melalui media perantara seperti buku petunjuk, pamflet, buku pegangan dan penerbitan lainnya.

2.4.3. Adanya Pengguna Berkebutuhan Khusus

Dalam menunjang penyandang disabilitas tersebut perpustkaan sebaiknya menyediakan alat bntu tekonlogi , diantaranya :

1. Komputer yang dilengkapi softwere pembaca layar

dimana penyandang disabilitas dengan mudah mengakses atau mencari informasi dengan mudah sesuai dengan kemampuannya. dimana computer tersebut di lengkapi dengan softwere yang bisa dengan mudah melakukan penelusuran informasi.

Bisa juga menggunakan teknologi terbaru seperti Plex Talk yaitu merupakan lat semacam alat pemutar CD, sehingga disabilitas tuna netra dapat mengembngkan potensinya secara optimal .

2.Menyedikan buku yang bercetak huruf Braille

Dengan adanya koleksi buku yang bercetak huruf Braille ini penyandang disabilitas atau tuna netra dapat memanfaatkan koleksi perpustakaan , system ini diciptakan untuk tulisan sentuh yang digunakan untuk membaca sebuah buku.

huruf Braille ini dibaca dari kiri kekanan dan dapat melambangkan abjad , tanda baca, angka,tanda music, matematika dan lain-lainaya.

3. Menyedikan buku bicara (Talking Book)

Dengan adanya buku bicara atau digital talking book merupakan jawaban atas permasalahan mahalnya buku Braille yang dapat mereka gunakan untuk megakses berbagai macam informasi baik 6ang bberhubungan dengan pendidikan, kebudayaan maupun pengetahuan-pengetahuan lain .

4. Menyediakan keybord alternative

Dimana badan perpustakaan menyediakan untuk mempermudah pelayanan terhadap penyandang disabilitas

5. Alat pemutar buku audio digital

Alat bantu ini disusun sedemikian rupa secara bertingkat sesuai dengan levelnya menurut format standart berdasarkan struktur buku aslinya .

Hal ini mengapa harus dijalankan oleh badan perpustakaan , karena dengan adanaya penunjang untuk penyandang disabilits atau warga yang tuna netra juga bisa mendapatkan pelayanan dan langkah ini kedepanya perlu dilakukan guna menghilangkan kesan diskriminasi.

2.4.4. Ketergantungan masyarakat terhdap penggunaan internet

Tugas perpustakaan dalam menghadapi perubahan dan perkembangan internet yang semakin pesat sangatlah diperlukan agar peran dan fungsi perpustakaan tetap terus berjalan. Dalam hal ini, Sumber Daya Manusia yaitu pustakawan haruslah memenuhi standar yang dibutuhkan. Misalnya, mencari pustakawan sesuai kriteria-kriteria yang dibutuhkan seperti:

· Pendidikan minimal S1

· Memiliki kreatifitas

· Mampu mengoperasikan komputer

· Mampu berkomunikasi

· Mampu bersosialisasi dengan baik

· Talah melakukan pelatihan minimal 1 tahun

Dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah menyediakan koleksi perpustakaan yang dapat diakses melalui website sehingga pengguna internet dapat mengakses informasi dengan lebih mudah. Dengan demikian pengguna dapat mencari atau memperoleh informasi yang lebih valid. Dengan cara perpustakaan membuat website untuk perpustakaan tersebut agar pengguna lebih mudah dalam mencari informasi.

2.4.5. Meningkatnya kebutuhan pengguna akan informasi.

Kerjasama antar perpustakaan

Sebagai pusat informasi dan sumber belajar, perpustakaan harus mampu menyediakan current and up-to-data information bagi para penggunanya. Tetapi sebaliknya jika perpustakaan tidak dapat menyediakan informasi kepada penggunanya, maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan kerjasama dengan pihak lain untuk dapat menambah wawasan, pengetahuan, , kemampuan , ketrampilan para pustakawan maupun staf perpustakaan. Salah bentuk kerjasama tersebut bisa berupa kegiatan silang layan (inter-library loan) dan penyelenggaraan pelatihan atau seminar seperti seminar tentang peningkatan mutu perpustakaan ,peningktan ketrampilan menelæusur informasi, dan pengaruh teknologi informasi pada perpustakaan.

2.4.6. Kurangnya kesadaran masyarakat

Untuk mengatasi minat baca masyarakat yang rendah, upaya yang dilakuan didalam sekolah, sebagai berikut:

1. Meningkatkan kinerja Perpustakaan Keliling.

Perpustakaan keliling yang bertujuan untuk mendekatkan informasi kepada masyarakat merupakan salah satu bentuk dalam upaya peningkatan minat baca masyarakat. Perpustakaan keliling yang tertuju pada sekolah-sekolah lebih baik jika seluruh sekolah dapat dijangkau oleh perpustakaan keliling. Perpustakaan keliling juga dapat menjangkau masyarakat di tempat-tempat yang ramai dikunjungi, seperti taman, alun-alun, acara-acara yang diadakan daerah. Perpustakaan keliling juga dapat menjadi salah satu betuk promosi perpustakaan.

2. Mengadakan acara bedah buku di dalam sekolah.

Perpustakaan sekolah dapat mengadakan bedah buku, dengan buku dan acara yang menarik, agar siswa-siswi dapat menangkap pengetahuan dengan mudah, dan rasa ketertaikan akan buku menjadi bertambah.

3. Menetapkan Hari Baca minimal 1 minggu sekali.

Hari Baca dapat menjadi salah satu bentuk paksaan untuk siswa-sswi harus membaca. Hari Baca ini tidak hanya diperuntukkan bagi siswa-siswi saja tetapi juga bagi guru-guru dan warga psekolah lainnya.

Menurut Millah ( ) Beberapa hal yang dilakukan untuk mengatasi minat baca, yaitu:

1. Mempercantik koleksi buku pribadi

Buku yang terlihat usang dan tampak kusam tidak akan mampu memberikan daya tarik bagi siapapun. Kecantikan buku mutlak diperlukan untuk mengatasi hal ini. Kecantikan akan menarik perhatian para pembacanya.

2. Membentuk Perpustakaan Mini

Bagi masyarakat yag memiliki taraf hidup lebih dari cukup alangkah baiknya bila menyumbangkan hartanya untuk membentuk perpustakaan mini yang ruang lingkupnya setingkat rukun tetangga. Perpustakaan yang dibentuk dapat berupa perpustakaan kovensional maupun digital. Biaya yang dibebankan para pembaca terjangkau dan bahkan tidak dipungut biaya apapun.

3. Mempercantik Perpustakaan sekolah, perpustakaan kantor, dan perpustakaan nasional

Kebutuhan siswa/siswi apapun tingkatan formalnya adalah perpustakaan sekolah, dan kebutuhan para pegawai yang lelah dengan rutinitas kantornya dan ingin mendapatkan pengetahuan baru untuk menyegarkan fikiran adla perpustakaan kantor. Sementara itu, bagi bangsa yang telah lama menjauhkan dari dari ilmu pengetahuan dan buku bacaan diperlukan sebuah perpustakaan pusat dan terlengkap, yaitu perpustakaan nasional.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Untuk mengembangkan minat baca, kesenangan membaca, kebiasaan membaca, dan menciptakan budaya baca masyarakat. Selain harus dilakukan secara terus menerus, juga diperlukan ketersediaan bahan bacaan, yang memadai jumlah, jenis, dan mutunya, serta kontinuitasnya atau kelangsungannya secara memadai. Untuk menyediakan bahan bacaan yang cukup dan sesuai tersebu, bukan pekerjaan yang sederhana. Sementara ini dilakukan secara bbersamösama antara pihaköpihak yang berkompeten, seperti pemerintah, perpustakaan, lembaga pendidikan, penerbit, dan lembagaölembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap kemajuan masyarakat melalui pengembangan dan penyebaran sumber informasi.

3.2 Saran

Bagi lembaga perpustakaan

Lebih mengoptimalkan pelayanan perpustakaan bagi pengguna perpustakaan dan menerapkan rencana strategis dalam meningkatkann efisiensi ndan efektivitas kinerja perpustakaan

Bagi Pengguna Perpustakaan

Lebih meningkatkan pemanfaatan jasa perpustakaan, karena dalam pengolahan perpustakaan segala sumberdaya berasal dari masyarakat, oleh sebab itu haruslah dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi, salah satunya dengan membaca koleksi perpustakaan.

Bagi pemerintah

Lebih meningkatkan pengawasan terhadap kinerja perpustakaan dalam pelayanan kepada masyarakat, mendukung peningkatan minat baca masyarakat dengan mempermudah izin pembukaan perpustakaan dan taman baca masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Saleh, Abdul R dan Kumalasari, R. 2011. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka

S, Lasa H. 2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media

Sulistya, Hartono dan Pranoto, E. 2009. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka

Gani Nur Pramudyo
Gani Nur Pramudyo Halo saya Gani! Saya blogger yang menginspirasi melalui tulisan, peneliti metadata, dan long-life learner. Keperluan narasumber, silakan hubungi saya.

Posting Komentar untuk "Rencana Strategis Perpustakaan dalam Meningkatkan Minat Baca Masyarakat"